Bunga Imitasi, Cara Percantik Rumah

ALAM SEMESTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena penciptaan alan semesta dari ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan telah menyatakan tentang penciptaan alam semesta dalam ayat-ayat Nya. Meskipun demikian al-Qur’an bukan buku kosmlogi atau biologi, sebab ia hanya menyatakan bagian-bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud.
Keinginantahuan manusia tentang alam
semesta tidak hanya membaca al-Qur’an saja, akan tetapi juga melakukan
perintah Tuhan. Sehingga ia dapat menemukan kebenaran yang dapat
dipergunakan dalam pemahaman serta penafsiran al-Qur’an, berdasarkan surat
Yunus ayat101. Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa penciptaan alam
semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia, akan tetapi
produk dari hasil Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alam Semesta dalam Perspektif
Klasik dan Modern
Menurut pakar fisika bahwa alam
tidak hanya tak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tidak berubah
status totalitasnya dari waktu tak berhingga lamanya yang telah lampau sampai
waktu tak berhingga lamanya yang akan datang.
Menurut Einstein bahwa alam semesta
tidak pernah diciptakan, yang qadim, langgeng, sesuai dengan konsesus yang
didasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai analisis yang kritis terhadap
berbagai data yang diperolehnya dari pemikiran dalam pengamatan.
Menurut Hubble bahwa alam semesta
ini tidak statis, melainkan merupakan alam yang dinamis, seperti model
Friedman.
Hubble melakukan observasi tentang
alam melalui teropong bintang terbesar di dunia, melihat galaksi-galaksi di
sekeliling kita, yang menurut analisis terhadap spektrum cahayanya tampak
menjauhi galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi,
yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita.1
Menurut Gamow, Alpher dan Robert
Herman, bahwa terjadi ledakan yang maha dahsyat yang melemparkan materi seluruh
jagat raya ke semua arah, yang kemudian membentuk bintang-bintang dan galaksi
karena tidak mungkin materi seluruh alam itu berkumpul di suatu tempat dalam
ruang alam tanpa meremas diri dengan gaya gravitasinya yang sangat kuat,
sehingga volumenya menjauhi titik, maka disimpulkan bahwa dentuman besar itu
terjadi ketika seluruh materi kosmos terlempar dengan kecepatan yang sangat
tinggi keluar dari keberadaannya dalam volume yang sangat kecil.
Sehingga menurut mereka alam semesta
lahir dari sebuah singularitas dengan keadaan ekstrem.
B. Alam Semesta dalam Perspektif
Islam
Alam semesta menurut Islam adalah
diciptakan pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada saat yang lain.
Pandangan Einstein tentang alam
semesta sangat bertentangan dengan konsep alam menurut Al-Qur’an. Karena semula
alam tiada tetapi kemudian, sekitar 15 milyard tahun yang lalu, tercipta dari
ketiadaan. Sedangkan perbandingan konsepsi fisika tentang penciptaan alam
dengan ajaran Al-Qur’an dapat kita lihat dalam surat Al-Anbiya’ ayat 30 yang
berbunyi:
أولم
ير الذين كفروا أن السموات والأرض كانتا رتقا ففتقناهما
Dan tidaklah oarang-orang kafir
itu mengetahui bahwa langit (ruang alam) dan bumi (materi alam) itu dahulu
sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya itu. (Q.S. Al-Anbiya’ : 30).
C. Ayat-ayat yang
Berhubungan dengan Alam Semesta
Di antara ayat-ayat yang dijadikan
sebagai bukti otentik tentang penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an yaitu:
1 Surat Al-Baqarah ayat 29
Bahwa Allah SWT setelah merici
ayat-ayat-Nya tentang diri manusia dengan mengingatkan awal kejadian, sampai
kesudahannya dan menyebutkan bukti keberadaan serta kekuasaan-Nya kepada
Makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, kemudian
Dia menyebutkan ayat-ayat-Nya atau bukti lain yang ada di cakrawala melalui apa
yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi, untuk menunjukkan
kekuasaan-Nya yang meliputi segala-galanya dan menunjukkan betapa banyak
karunia-Nya kepada umat manusia dengan menjadikan segala yang di bumi sebagai
bekal dan persediaan untuk dimanfaatkan. Untuk itu Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an:
هو
الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا ثم استوى إلى السماء فسواهن سبع سموات وهو بكل شيء
عليم (29)
Penjelasan
Menurut Syekh Ahmad
Musthofa Al-Maraghi makna ayat:2
Dalam memanfaatkan benda-benda di
bumi ini dapat ditempuh melalui salah satu dari dua cara, yaitu:
1. Memanfaatkan
benda-benda itu dalam kehidupan jasadi untuk memberikan potensi pada tubuh atau
kepuasan padanya dalam kehidupan duniawi.
2. Dengan memikirkan dan
memperhatikan benda-benda yang tidak dapat diraih oleh tangan secara langsung,
untuk digunakan sebagai bukti tentang kekuasaan penciptanya dan dijadikan
santapan rohani.
Dengan ayat ini kita mengetahui
bahwa pada dasarnya memanfaatkan segala benda di bumi ini dibolehkan. Tidak
seorangpun mempunyai hak mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah
kecuali dengan izin-Nya sebagaimana telah difirmankan pada ayat 10 surat Yunus.
Kata samaa artinya sesuatu
yang jauh berada di atas kepala kita. Dan kata Istawaa berarti langsung
menuju tujuan tanpa kecenderungan mengerjakan sesuatu yang lain di
tengah-tengah menciptakannya.
Maksud dari ayat tersebut, Allah
menyempurnakan penciptaan langit hingga menjadi tujuh langit.
Menurut Quraisy Shihab makna ayat :3
Dipahami oleh banyak Ulama’
menunjukkan bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang di bumi ini dapat
digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil yang melarangnya.
Kata Istawaa pada mulanya
berarti tegak lurus, tidak bengkok. Selanjutnya kata itu dipahami secara majazi
dalam arti menuju ke sesuatu dengan cepat dan penuh takad bagaikan yang
berjalan tegak lurus tidak menoleh ke kiri dan ke kanan.
Kehendak Allah untuk mewujudkan
sesuatu seakan-akan kehendak tersebut serupa dengan seseorang yang menuju ke
sesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk seagung dan sebaik mungkin.
Bahwa langit itu dijadikanNya dalam
bentuk sebaik mungkin, tanpa
sedikit aib/kekurangan apapun.
Seperti dalam surat al-Mulk ayat 03.
Menurut Al-Imam Abul
Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasqy makna ayat:4
Summa dalam ayat ini menunjukkan ‘ataf khabar kepada khabar, bukan
‘ataf fi’il kepada fi’il yang lain.
Istawaa ilas samaa yaitu berkehendak atau bertujuan ke langit. Makna lafadz
ini mengandung pengertian kedua lafadz tersebut, yakni berkehendak dan
bertujuan, karena ia dimuta’addi-kan denagn memakai huruf ila.
Lafadz as-samaa dalam ayat
ini merupakan isim jins, karena itu disebutkan sab’a samaawaat. Maksud
ayat ini yaitu Sebagian dari langit berada di atas sebagian lainnya.
Dikatakan sab’a samaawaati artinya tujuh lapis bumi, yakni sebagian
berada dibawah yang lain. Ayat ini menunjukkan bahwa bumi diciptakan sebelum
langit.
Maksudnya, pengetahuan-Nya meliputi
semua makhluk yang telah Ia ciptakan sebagaimana dalam firman-Nya:
ألا
يعلم من خلق..(الملك : 14)
Rincian makna ayat ini diterangkan
dalam surat Fushilat ayat 9-12 yang berbunyi:
قل
أئنكم لتكفرون بالذي خلق الأرض في يومين وتجعلون له أندادا ذلك رب العالمين (9)
وجعل فيها رواسي من فوقها وبارك فيها وقدر فيها أقواتها في أربعة أيام سواء
للسائلين (10) ثم استوى إلى السماء وهي دخان فقال لها وللأرض ائتيا طوعا أو كرها
قالتا أتينا طائعين (11) فقضاهن سبع سموات في يومين وأوحى في كل سماء أمرها وزينا
السماء الدنيا بمصابيح وحفظا ذلك تقدير العزيز العليم (12)
Di dalam ayat Fushilat terkandung
dalil yang menunjukkan bahwa Allah SWT memulai ciptaan-Nya dengan menciptakan
Bumi, kemudian menciptakan tujuh lapis langit. Memang demikianlah cara
membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah, setelah itu baru bagian
atasnya. Makna ayat ini juga diterangkan dalam surat an-Naazi’aat 27-33:5
ءأنتم
أشد خلقا أم السماء بناها (27) رفع سمكها فسواها (28) وأغطش ليلها
وأخرج ضحاها (29) والأرض بعد ذلك دحاها (30) أخرج منها ماءها ومرعاها (31) والجبال
أرساها (32) متاعا لكم ولأنعامكم (33)
(النازعات : 27-33)
Apakah kalian yang lebih sulit
penciptaannya atau langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya,
lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan
siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah dihamparkan-Nya. Ia memancarkan
darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk
binatang-binatang ternak kalian.
Menurut Ali Ibnu Abu Talhah, dari
Ibnu abbas, bahwa As-Daha (Penghamparan),dilakukan sesudah penciptaan langit
dan bumi. As-Saddi telah mengatakan di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik,
dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, serta dari
sejumlah sahabat sehubungan dengan makna surat al-Baqarah ayat 29. bahwa Arasy
Allah SWT berada di atas air, ketika itu Allah belum menciptakan makhluk, maka
Dia mengeluarkan asap dari air tersebut, lalu asap (agar) tersebut membumbung
di atas air hingga letaknya berada di atas air, dinamakanlah sama (langit).
Kemudian air dikeringkan, lalu Dia
menjadikannya bumi yang menyatu. Setelah itu bumi dipisahkan-Nya dan
dijadikan-Nya tujuh lapis dalam 2 hari, yaitu Ahad dan Senin. Allah menciptakan
bumi di atas ikan besar, dan ikan besar inilah yang disebutkan oleh Allah SWT
dalam Al-Qur’an surat al-Qolam ayat 1 :
ن
والقلم وما يسطرون (1)
Sedangkan ikan besar (nun) berada di
dalam air. Air berada di atas permukaan batu yang licin, sedangkan batu yang
licin berada di atas punggung malaikat. Malaikat berada di atas batu besar, dan
batu besar berada di atas angin. Batu besar inilah yang disebut oleh Luqman
bahwa ia bukan berada di langit dan juga di bumi.
Kemudian ikan besar itu bergerak,
maka terjadilah gempa di bumi, lalu Allah memancangkan gunung-gunung di atasnya
hingga bumi menjadi tenang, gunung-gunung itu berdiri dengan kokohnya di atas
bumi. Berdasarkan firman Allah dalam surat al-Anbiya’ : 31:
وجعلنا
في الأرض رواسي أن تميد بهم ..(31)
Allah menciptakan gunung di bumi dan
makanan untuk penghuni-penghuninya dan menciptakan pepohonan dan semuanya
diperlukan di bumi pada hari Selasa dan Rabu.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam
surat Fushilat ayat 9-10. berdasarkan surat Fushilat ayat 11 yang berbunyi:
ثم
استوى إلى السماء وهي دخان ..(فصلت : 11)
Bahwa asap itu merupakan uap dari
air tadi. Kemudian asap dijadikan langit tujuh lapis dalam dua hari, yaitu hari
Kamis dan Jum’at. Sesungguhnya hari Jum’at dinamakan demikian karena pada hari
itu diciptakan langit dan bumi secara bersamaan.
Setelah Allah menyelesaikan
penciptaan apa yang Dia sukai, lalu Dia menuju Arasy, sebagaimana dalam
firman-Nya surat al-Hadid ayat 4 yaitu :
هو
الذي خلق السموات والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش ..(الحديد : 4)
Dia menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, kemudian Dia berkuasa di atas Arasy.
Ibnu Jaris mengatakan. Telah
menceritakan kepadanya Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu
Saleh, telah menceritakan kepadaku Abu Ma’syar, dari Sa’id Ibnu Abu Sa’id, dari
Abdullah Ibnu Salam yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah memulai penciptaan
makhluk-Nya pada hari Ahad, menciptakan berlapis-lapis bumi pada hari Ahad dan
Senin, menciptakan berbagai makanan dan gunung pada hari Selasa dan Rabu, lalu
menciptakan langit pada hari Kamis dan Jum’at. Hal itu selesai di akhir hari
Jum’at yang pada hari itu juga Allah menciptakan Adam dengan tergesa-gesa. Pada
saat itulah kelak hari qiamat akan terjadi.
Menurut Sayyid Quthb
makna surat al-Baqarah ayat 29 yaitu:6
Perkataan “untuk kamu “ memiliki
makna yang dalam dan memiliki kesan yang dalam ppula. Ini merupakan kata pasti
yag menetapkan bahwa Allah menciptakan manusia ini untuk urusan yang besar.
Menurut Sayyid Quthb tidak ada
tempat untuk mempersoalkan hakikat
maknanya, karena kata itu adalah
lambang ynag menunjuk pada
kekuasaan dan berkehendak untuk
membuat sesuatu. Demikian halnya
dengan makna berkehendak menuju
penciptaan. Sebagaimana halnya
tidak ada tempat untuk membahas
makna tujuh langit serta bentuk
dan jaraknya
Karena Alah pencipta segala sesuatu,
yang mengatur segala sesuatu. Dan jangkauan pengetahuan-Nya yang mennyeluruh
ini sama dengan jangkauan-Nya yang menyeluruh bagi pengaturan-Nya. Hal ini
mendorong keimanan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Esa, memotivasi
beribadah kepada Yang Maha Memberi rizqi dan nikmat saja merupakan pengakuan
yang indah terhadapnya.
Pesan dari ayat ini adalah bumi
diciptakan untuk manusia, dimana Allah menciptakan bumi agar manusia berperan
sebagai khalifah, berperan aktif dan utama dalam peristiwa-peristiwa serta
pengembangannya. Dia adalah pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola
oleh bumi dan menjadi hamba yang diatur atau dikuasai oleh alat. Tidak juga
tunduk pada perubahan dan perkembangan yang dilahirkan oleh alat-alat,
sebagaimana diduga bahkan dinyatakan oleh paham materialisme.
Informasi Allah ini bertujuan
mengecam orang-orang kafir yang mempersekutukan Allah, padahal Dia adalah
pencipta yang menguasai alam raya ,yang menghamparkan bumi manusia dan
menyerasikan langit agar kehidupan di dunia menjadi nyaman. Semua iti tidak ada
tempatnya untuk dibahas karena keterbatasan akal manusia, sekaligus karena
membahasnya dan mengetahuinya sekalipun tidak berkaitan dengan tujuan
penciptaan manusia dan sebagai hamba Allah dan khalifah di dunia. Demikianlah
segmen surat ini, semuanya difokuskan pada masalah keimanan, dan seruan untuk
memilih rombongan konvoi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.
2 Surat Al-Mulk ayat 1-4
Yaitu surat yang menunjukkan tentang
seluruh kerajaan (kekuasaan) ada dalam tangan Allah.
Surat al-Mulk ayat 1 berbunyi :
تبارك
الذي بيده الملك وهو على كل شيء قدير (1)
Penjelasan
Menurut
Prof. Dr. Hamka makna ayat:7
Bahwa ayat tersebut mengandung
pengertian betapa Tuhan memberi ingatan kepada manusia dalam kerajaan dan
kemegahan dalam dunia ini, bahwasannya kerajaan yang sebenar kerajaan,
kekuasaan yang sebenar kekuasaan hanya ada dalam tangan Allah.
Segala kerajaan dan kekuasaan yang
ada di muka bumi ini, bagaimanapun manusia mengejarnya atau mempertahankannya
bila telah dapat diperoleh, tidaklah semua itu benar-benar kerajaan
(kekuasaan). Bagaimanapun seorang Raja (Presiden) memerintah dengan segenap
kekuatan, kegagahan dan kadang-kadang kesewenang-wenangan, namun kekuasaan yang
seperti demikian hanyalah pinjaman belaka dari Allah dan tidak ada yang akan
kekal dipegangnya terus.
Naiknya seorang penguasa pun
hanyalah karena adanya pengakuan sedang Allah sebagai Maha Kuasa dan Maha
Menentukan, tidaklah Dia berkuasa karena diangkat. Itulah sebabnya maka mustahil
Allah itu beranak, sebab Allah itu hidup selama-lamanya dan Maha Kuasa untuk
selama-lamanya.
Sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa,
pembagi kekuasaan kepada sekalian raja dan penguasa di dunia (di seluruh alam
ini), baik di bumi atau di langit, Allah lah yang maha menentukan segala
sesuatu. Segala sesuatu adalah meliputi segala sesuatu, baik yang sangat besar
maupun yang sangat kecil.
Dengan menggali rahasia alam, akan
mendapat pengetahuan tentang segala yang dilihat, didengar dan diselidiki, dari
yang kecil sampai kepada yang besar, di waktu mendapatkannya itulah kita akan
lebih faham apa arti yang sebenarnya dari pada kata takdir.
Dari uraian diatas dapat dipahami
bahwa segala sesuatu itu ada ketentuannya. Jika tidak ada, maka tidak akan
berarti yang dinamakan ilmu pengetahuan (sains). Dan ini ditegaskan pada dekat
penutup surat Ali-Imran ayat 191 :
ربنا
ما خلقت هذا باطلا
Demikianlah bahwa Tuhan Maha Kuasa
dan Menentukan. Sehingga hidup dan mati manusia, musibah atau keselamatan itu
adalah pertemuan di antara ketentuan dengan ketentuan, baik yang kecil maupun
besar ataupun yang diketahui manusia maupun sebaliknya. Namun seluruh keadaan
dalam alam ini tidaklah ada yang terlepas dari ketentuan yang telah ditentukan
Tuhan, yang kadang-kadang disebut juga hukum sebab akibat.
Surat Al-Mulk ayat 2 berbunyi:
الذي
خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور (2)
Penjelasan
Menurut prof. Dr.
Hamka makna ayat:8
Bahwa Allah-lah yang menciptakan
mati dan hidup. Tujuan dari ayat tersebut memberi peringatan kepada manusia,
bahwa hidup ini tidaklah berhenti di dunia ini saja. Ini adalah peringatan
kepada manusia agar mereka ingat akan mati di samping dia terpesona oleh hidup.
Berkenaan dengan ayat tersebut, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Hatim dari Qatadah yang berbunyi :
ان
الله اذل نبى ادم بالموت وجعل الدينا دار حياة ثم دار موت و جعل الآخرة دار جزاء
ثم دار بقاء
Sesungguhnya Allah menghinakan
keturunan Adam dengan maut, dan Allah menjadikan dunia ini negeri untuk hidup,
kemudian itu negeri untuk mati, dan Dia jadikan negeri akhirat untuk menerima
ganjaran dan negeri untuk kekal.
kamu yang terlebih baik amalannya.) yaitu:
Maka di antara hidup dan mati itulah
kita mempertinggi mutu amalan diri, berbuat amalan yang bermutu dan lebih baik.
Tegasnya di sini dijelaskan bahwa yang dikehendaki Allah dari kita adalah ahsanu’amalan,
amalan yang terlebih baik, biar pun sedikit, oleh karena itu janganlah beramal
hanya karena mengharapkan kuantitas, tetapi beramallah yang bermutu tinggi
walaupun berkualitas.
yaitu:
Dengan menonjolkan terlebih dahulu
sifat Allah yang bernama Al-Aziz, Yang Maha Perkasa dijelaskan bahwa Allah
tidak boleh dipermainkan. Di hadapan Allah tidak boleh beramal separo atau
ragu-ragu, melainkan dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hati-hati dan penuh
disiplin. Karena kalau tidak demikian, Tuhan akan murka. Tetapi Tuhan pun
memiliki sifat Al-Ghofur, Maha Pengampun atas hamba-Nya yang tidak dengan
sengaja melanggar perintah Tuhan, dan berniat hendak berbuat amalan yang lebih
baik, tetapi tidak mempunyai tenaga yang cukup buat mencapai yang lebih baik
itu.
Surat Al-Mulk ayat 03, berbunyi :
الذي
خلق سبع سموات طباقا ما ترى في خلق الرحمن من تفاوت فارجع البصر هل ترى من فطور(3)
Penjelasan
Menurut Sayyid Quthb
makna ayat :
Di dalam zilal nya bahwa langit
tujuh tingkat itu jangan ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan (science, sains)
yang bisa berubah-ubah. Karena penyelidikan manusia tidak akan lengkap
menghadapi alam cakrawala yang begitu luas.
Menurut Prof. Dr.
Hamka makna ayat:9
yang Maha Pemurah itu sesuatu pun
dari yang bertikaian) yaitu:
Bahwa semua yang diciptakan Tuhan
dijadikan dengan teratur dan tersusun rapi. Menurut ahli-ahli astronomi
bahwasannya bintang-bintang yang bertaburan di langit itu diatur menurut jarak
ukuran tertentu, ukuran keseimbangan. Sehingga yang satu berkait dengan yang
lain. Dan tidak terjatuh dari tempat yang telah ditentukan.
Ilmu pengetahuan manusia telah
membuktikan bahwa bulan lebih kecil dari bumi. Mengapa sama saja kelihatan
besarnya? Alangkah cerdik dan pandai Tuhan mengaturnya. Sebab itu tidaklah ada
yang janggal.
Surat Al-Mulk ayat 04, berbunyi :
ثم
ارجع البصر كرتين ينقلب إليك البصر خاسئا وهو حسير (4)
Penjelasan
Menurut Prof.Dr. Hamka
makna ayat :10
Ayat ini menyuruh kita mengulangi
penglihatan memperhatikan sekali lagi, dua tiga kali. Karena apabila ditambah
mengulangi melihatnya akan terdapat lagi keajaiban yang baru.
Payah dalam ayat ini adalah payah
karena kagum dengan kebesaran Ilahi, bila dilihat keadaan alam yang
sekelilingnya kita ini akan terdapatlah sifat-sifat Allah yang mulia tertulis
dengan jelasnya.
Mengapa mengeluh? Mengeluh lantaran
karena di waktu itu menedesaklah dari dalam jiwa kita sebagai manusia berbagai
perasaan. Di antaranya kagum melihat betapa besarnya kekuasaan Tuhan dan terasa
kecil diri di bawah kekuasaan Tuhan dan terasa kecil diri di bawah kekuasaan
Ilahi.
Menurut Ust.Asrari
Alfa MAg dan Drs. H. Syu’aib H. Muhammad MAg diambil dari Shofwatut Tafsir makna
surat al-Mulk ayat 1-4 yaitu:11
Maha mulia dan luhur Allah yang maha
tinggi dan maha besar, yang melimpahkan kepada makhluknya bermacam-macam
kebaikan .Yang mankerajaan langit dan bumi dalam genggaaman kekuasaan dan
berbuat sesuatu sekehendakNya. Ibnu Abbas berkata: DitanganNyalah segala
kerajaan, Dia memulyakan dan menghinakan orang yang dikehendaki, menghidupkan
dan mematikan, menjadikan kaya dan fakir, serta memberi dan mencegah.
Dialah yang menguasai segala sesuatu
yang baginya kekuasaan yang sempurna, yang menyelesaikan segala urusan secara
sempurna tanpa menahan dan menolak kemudian menerangkan kekuasaanNya dan kata
hikmahNya sangat mulia.
Menjadikan di dunia sebuah kehidupan
dan kematian, Dia menghidupkan dan mematikan apa yan dikehendakiNya.Dialah Yang
Maha Esa dan Maha Perkasa. Akan tetapi Dia memberikan kematian karena
sesungguhnya kematian itu bertiup dari nafas dan menakutkan.Ulama’ berkata:
Kematian itu bukanlah hal yang fana, yang terputus dari segala kehidupan akan
tetapi hanya perpindahan dari satu alam ke alam lain. Hal ini sudah menjadi
ketetapan dalam qoul yang shahih bahwa mayyit itu mendengar, melihat dan
merasakan di dalam kuburnya sebagaimana Rasulullah bersabda: Sesungguhnya salah
seorang diantara kamu apabila diletakkan didalam kuburnya dan para sahabatnya
mengiringinya ,sesungguhnya dia mendengar suara langkah kakinya. Kematian
adalah terputusnya ruh dari badan terpisahnya dari jasad.
Allah menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik dari yang jelek. Imam Qurthubi berkata: Yakni
amalmu yang diuji, sesungguhnya Allah mengetahui orang yang taat dan berbuat
dosa.
Dzat yang mengalahkan orang yang
melawan-Nya.
Maha pengampun atas dosa-dosaaa
orang yang bertaubat dan kembali kepadaNya.
Menciptakan tujuh langit yang
berlapis-berlapis
Wahai para pendengar kamu tiadak
melihat ciptaan Allah sesuatu kekurangan dan cacat atau perbedaan dan
perselisihan. Tuhan adalah puncaknya keyakinan, sesungguhnya Dia bersabda Fi
kholqir rohmaani dan bukan fi hinna sebagai pengagungan bagi
makhlukNya dan mengingatkan atas luasnya kekuasaan Allah.
Melihat kelangit secara
berulang-ulang atas ciptaan Allah dan apakah kamu mellihat ketereblahan dan
keterputusan?
Kemudian mengulang-ulang lagi
melihat ke langit yang sangat menajubkan.
Penglihatanmu akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan sebuah cacat sebagai bukti, dan tidak melihat apa yang
kamu inginkan.
Penglihatanmu dalam keadaan letih
dan payah karena penyakit yang tak mau sembuh. Imam fahr berkata: Bahwa makna
sesungguhnya apabila kamu mengulang-ulangi pandanganmu, penglihatanmu tidak
akan kembali kepadamu dengan apa yang disandarkan dari adanya cacad dan cela
tetapi kembali karena tidak menemukan cacad dan melihat keletihan serta
kepayahan penyakit yang tak mu sembuh.
Imam Qurthubi berkata: mengulangi
pandanganmu dan membalikkan penglihatanmu kelangit secara berulang-ulang maka
penglihatanmu akan kembali kepadamu karena tunduk dan merasa kecil yang jauh
dari melihat cela dan cacad. Akan tetapi masalah pandangan dengan berulang kali
karena manusia apabila melihat sesuatu ssekali tidak melihat cela selagi tidak
melihat yang kedua kalinya.
Dan maksud bil karrotaini
adalah untuk memperbanyak dengan dalil yanqolib ilaikal bashoro khosinan
wahuwa hasiir ini menunjukkan bukti atas banyaknya melihat kemudian Allah
menerangkan tentang bintang yang bercahaya dan memancar menghiasi langit.
Sesungguhnya keempat ayat Mulk ini,
membawa kita manusia ke halaman alam yang Maha Kuasa untuk mempergunakan
penglihatan mata dan pendengaran telinga menghubungkan diri dengan Allah,
dengan perantaraan alam yang Allah ciptakan. Benarlah kata-kata yang jadi buah
tutur dari ahli tasawuf:
Aku ini adalah perbendaharaan yang
sembunyi lalu Aku ciptakan hamba-hambaKu. Maka dengan bimbingan-Kulah mereka
mengenal Aku.
Akal budi dan perasaan yang halus
dalam diri dipersambungkan dengan alam keliling oleh penglihatan dan
pendengaran, untuk mengambil hasil dan mencari hakikat yang sebenarnya mencari
kenyataan sejati di belakang kenyataan yang tampak.
Ayat-ayat ini mendorong kita berbuat
untuk mencintai seni, berperasaan halus, membawa kita dalam ilmu pengetahuan
serta dalam filsafat. Tetapi hasil sejati adalah menumbuhkan keyakinan bahwa kita
datang ke bumi tidak kebetulan dan alam sendiri mustahil begini teratur; kalau
tidak ada yang mengaturnya.
3 Surat Al-A’raf ayat 54
Yaitu surat yang menunjukkan akidah
tentang Tuhan dan fenomena alam semesta.
Surat Al-A’raf ayat 54 berbunyi :
إن
ربكم الله الذي خلق السموات والأرض في ستة أيام ثم استوى على العرش يغشي الليل
النهار يطلبه حثيثا والشمس والقمر والنجوم مسخرات بأمره ألا له الخلق والأمر تبارك
الله رب العالمين (54)
Penjelasan
Adapun enam hari saat Allah
menciptakan langit dan bumi, juga merupakan perkara ghaib yang tidak ada
seorang makhlukpun menyaksikannya. Allah telah menciptakan alam semesta ini
dengan segala kebesaran-Nya, yang menguasai alam ini mengaturnya dengan
perintah-Nya, mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini yaitu
putaran malam mengikuti siang dalam peredaran planet ini.
Dia menciptakan matahari, bulan dan
bintang, yang semuanya tunduk kepada perintah-Nya, sesungguhnya Allah Maha
Pencipta, Pelindung, Pengendali dan Pengatur. Dia adalah Tuhan kalian yang
memelihara kalian dengan manhaj-Nya, mempersatukan kalian dengan peraturan-Nya,
membuat syariat bagi kalian dengan izin-Nya dan memutuskan perkara kalian
dengan hukum-Nya. Dialah yang berhak menciptakan dan memerintah.
Inilah persoalan yang menjadi
sasaran pemaparan ini yaitu persoalan uluhiah, rububiyah dan hakimiyah, serta
manunggalnya Allah SWT. Pada semuanya ini ia juga merupakan persoalan ubudiyah
manusia di dalam syariat hidup mereka. Maka, ini pulalah tema yang dihadapkan
konteks surat ini yang tercermin dalam masalah pakaian sebagaimana yang
dihadapi surat Al-An’am dalam masalah binatang ternak, tanaman,nazar-nazar dan
syiar-syiar.
Menurut Thahir Ibnu
Asyur makna surat al-A’raf ayat 54 yaitu:13
Menurut Al-Biqa’i
makna surat al-A’raf ayat 54 yaitu:
Informasi tentang penciptaan alam
dalam enam hari mengisyaratkan tentang qudrat, dan ilmu, serta hikmah Allah swt
.
Kemudian Dia bersemayam di atas
Arsy. Dia berkuasa dan mengatur segala yang diciptakan-Nya, sehingga berfungsi
sebagaiman ynag ia kehendaki yaitu Dia menutupkan malam dengan kegelapannya
kepada siang ataupun sebaliknya dan silih berganti dan diciptakan-Nya pula
matahari, bulan dan bintang masing-masig tunduk kepada perintah-Nya, yakni alah
menetapkan hukkum yang berlaku atasnnya dan benda-benda itu tidak dapat
mengelak dari hokum-hukum yang ditetapkan Allah itu.
Istawa makna dasarnya bersemayam dialihkan ke makna majazi yaitu
berkuasa. Sehingga penggalan ayat ini menegaskan tentang kekuasaan Allah SWT
dalam mengatur dan mengendalikan alam raya, tetapi hal tersebut sesuai dengan
kebesaran dan kesucian-Nya dari segala sifat kekurangan atau kemakhlukkan.
Kata Tsumma menggambarkan
betapa jauh tingkat penguasaan ‘Arsy, dibanding dengan penciptaan langit dan
bumi.
Terambil dari kata sakhkhara yang
berarti ancaman, pengajaran atau pengaturan tanpa meminta imbalan dari yang
dittundukkan untuknya. Ini berarti, alam raya dan segala isinya ditundukkan allah
SWT untuk dimanfaatkan oleh manusia, jika demikian bukan manusia yang
menundukkannya, sehingga manusia tidak boleh annnngkkuh terhadap alam akan
tetapi harus bersahabat denngannnnya ssambil mensyukuri nikmat Tuhan denagn
jalan mengikuti semua tuntunanNya, baik yang berkaitan dengan alam, maupun diri
manusia sendiri.
Berasal dari kata baraka yang
berarti menetap dan mantap. Dan dapat dipahami dalam arti kebajikan yang
banyak. Allah adalah wujud yang tak berubah, selalu ada dan menetap lagi
banyak kebajikannya.
Dari penjelasan ini terlihat,
bahwa ketika kata itu dinisbahkan kepada Allah dapat dipahami dalam arti sangat
menonjol kebajikan yang disandanng dan dinampakan olehNya. Itu semua terhampar
jelas dialam raya ini.
Menurut Muhammad Ali
Ash-Shabuny makna surat al-A’raf ayat 54 yaitu:14
Tujuan pemaparan ayat ini adalah
jangan menjadikan kita lupa untuk
berhenti beberapa saat di depan
pemandangan yang indah, hidup, bergerak
dan memberikan isyarat/kesan yang
mengagumkan.
4 Surat Ali Imran ayat 190
Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Husain Ibnu Ishaq At-Tushri, telah menceritakan
kepada kami Yahya Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami Ya’qub Al-Qummi,
dari Ja’far Ibnu Abul Mugirah, dari Sa’id Ibnu Jubairi dari Ibnu Abbas yang
menceritakan bahwa orang-orang Quraisy datang kepada orang-orang Yahudi, lalu
berkata, Mukjizat apakah yang dibawa oleh Nabi Musa kepada Kalian? orang-orang
Yahudi menjawab, tongkat dan tangannya yang tampak putih bagi orang-orang
yang memandang. Mereka datang kepada orang-orang Nashrani, lalu bertanya,
Apakah yang dilakukan oleh Nabi Isa?. Orang-orang Nashrani menjawab, Dia dapat
menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya, orang yang berpenyakit supak, dan
dapat menghidupkan orang-orang yang mati. Mereka datang kepada Nabi SAW dan
berkata, berdoalah kepada Allah, semoga Dia menjadikan kamu bukit Shifa ini
menjadi emas. Maka turunlah ayat ini yang berbunyi :
إن
في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب (آل عمران : 190)
Riwayat ini sulit dimengerti,
mengingat ayat ini adalah ayat Madaniyah, sedangkan permintaan mereka yang
menghendaki agar bukit emas menjadi emas adalah di Makkah.
Penjelasan
إن
في خلق السموات والأرض
Yaitu yang ini dalam ketinggiannya
dan keluasannya, dan yang ini dalam hamparannya, kepadatannya serta tata
letaknya, dan semua yang ada pada keduanya berupa tanda-tanda yang dapat
disaksikan lagi amat besar, seperti lautan gunung, pepohonan, hewan, tumbuhan,
barang tambang serta berbagai macam manfaat yang beraneka warna, bermacam-macam
rasa, bau dan kegunaannya..
واختلاف
الليل والنهار
Yaitu saling bergiliran dan
mengurangi panjang dan pendeknya; ada kalanya yang ini panjang dan yang lain
pendek, kemudian keduanya sama. Setelah itu yang ini mengambil sebagian waktu
dari yang lain hingga ia menjadi panjang waktunya, yang sebelum itu pendek dan
menjadi pendeklah yang tadinya panjang. Semuanya itu berjalan berdasarkan
pengaturan dari Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
لآيات
لأولي الألباب
Maksudnya yaitu akal-akal yang
sempurna lagi memiliki kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang dapat
mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan
gamblang. Lain halnya dengan orang tuli dan bisu serta orang-orang yang tak
berakal seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 105-106, yang
berbunyi:
وكأين
من ءاية في السموات والأرض يمرون عليها وهم عنها معرضون (105) وما يؤمن أكثرهم
بالله إلا وهم مشركون (106) (يوسف : 105- 106)
Ulul albab yaitu orang-orang yang
memiliki kesadaran yang benar, membuka mata hati mereka untuk menerima ayat-ayat
kauniyah Allah tanpa memasang berbagi penghalang dan tidak menutup berbagai
pintu yang menghubungkan antara diri mereka dan ayat-ayat tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat
dipahami bahwa kontek al-Quran disini menggambarkan secara cermat tahap-tahap
getaran jiwa yang ditumbuhkan oleh tatapan terhadap pemandangan langit dan bumi
serta pergantian malam dan siang didalam perasan ulul albab. Menjadikan kitab
alam yang terbuka ini sebagai kitab penngetahuan bagi manusia dengan Tuhan dan
ciptaannya.
Kontek ini juga menggabungkan antara
perenungan makhluk ciptaan tuhan dan ibadah kepadaNya, sehingga perenungan ini
bernilai ibadah dan menjadikanya sebagai bagian dari manifestasi dzikir .
Penggabungan tersebut mengisyaratkan dua hal penting yaitu:
5 Surat Ibrahim ayat 32 sampai 34
Surat Ibrahim ayat 32 berbunyi:
الله
الذي خلق السموات والأرض وأنزل من السماء ماء فأخرج به من الثمرات رزقا لكم وسخر
لكم الفلك لتجري في البحر بأمره وسخر لكم الأنهار (32)
Penjelasan
Menurut Sayyid Quthb
makna ayat:17
Maksudnya adalah bahwasannya Allah
menciptakan langit dan bumi
untuk manusia. Langit diturunkan
darinya air (hujan) dan bumi menerima
air hujan itu.
Bahwa berbagai buah-buahan keluar
dari keduanya (langit dan bumi). Tanaman-tanaman adalah sumber rizki yang
pertama dan sumber kenikmatan yang nyata. Hujan dan penumbuhan keduanya
mengikuti sunnah yang telah diciptakan padanya alam semesta ini.
Juga mengikuti undang-undang yang
menetapkan turunnya hujan, tumbuhnya tanaman-tanaman, dan itu berbicara tentang
nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga. Halaman-halaman yang luas lagi besar
menampilkan berbagai warna kenikmatan-kenikmatan itu sejauh mata memandang.
Bahwa Allah menundukkannya dengan
apa yang telah Dia titipkan pada berbagai unsur kekhususan-kekhususan yang
dapat menjalankan bahtera pada permukaan air. Juga dengan apa yang telah Dia
titipkan pada manusia berupa spesialisasi-spesialisasi yang berhasil ditemukan
oleh hukum segala sesuatu. Semua itu ditundukkan dengan kehendak Allah.
Sungai-sungai mengalir, maka
mengalirlah kehidupan dengan membawa berbagai rizki. Air sungai melimpah, maka
melimpahlah kebajikan, dengan membawa apa yang terkandung di dalamnya berupa
ikan, rumput-rumputan, dan manfaat-manfaat lainnya. Semua itu untuk manusia dan
untuk apa yang dipelihara dan didayagunakan manusia, yakni sebangsa burung dan
hewan-hewan lainnya.
Surat Ibrahim ayat 33 berbunyi:
وسخر
لكم الشمس والقمر دائبين وسخر لكم الليل والنهار (33)
Penjelasan
Menurut Sayyid Quthb makna ayat:18
Maksudnya manusia tidak memanfaatkan
matahari dan bulan secara langsung sebagaimana memanfaatkan air, buah-buahan,
laut, bahtera dan sungai. Akan tetapi, manusia mendapatkan manfaat dari
unsur-unsur (pengaruh-pengaruh dan jejak-jejak sinar) keduanya dan mengambil
berbagai materi dan potensi kehidupan dan penghidupannya, bahkan dalam struktur
dan reformasi sel-sel tubuhnya.
Demikian pula Allah menunjukkan
malam dan siang sesuai dengan kebutuhan dan struktur manusia serta apa yang
relevan dengan kegiatan dan waktu santainya. Seandainya yang ada itu siang
selamanya/malam selamanya, niscaya rusaklah organ-organ manusia. Di samping itu
terjadi kerusakan pada segala yang ada di sekitarnya serta terhalang kehidupan,
kegiatan dan produksinya.
Semua itu tiada lain kecuali
tulisan-tulisan yang terhampar dalam kenikmatan-kenikmatan yang luas pada
setiap tulisan terdapat titik-titik yang tiada terhingga. Oleh karena itulah
tulisan-tulisan itu dihimpun secara global dan relevan dengan hamparan yang
dipertunjukkan dan suasana yang universal.
Menurut M. Quraisy
Shihab makna ayat:19
Penundukkan bahtera adalah kemampuan
manusia membuatnya sehingga dapat digunakan untuk berlayar dan mengangkut
barang-barang menuju arah yang mereka kehendaki. Ayat ini menyatakan
menundukkan bahtera bagi kamu supaya ia berlayar karena kontek ayat ini
menyebut nikmat Tuhan sedang alat transportasi laut merupakan salah satu nikmat
dari kelautan.
Surat Ibrahim ayat 34 berbunyi:
وءاتكم
من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها إن الإنسان لظلوم كفار (34)
Penjelasan
Menurut Sayyid Qutuhb
makna ayat:20
Inilah i’jaz yang di dalamnya serasi
dan harmonis semua sentuhan, tulisan, warna dan bayangan dalam pagelaran alam
semesta dan pertunjukkan kenikmatan-kenikmatan. Bahwasannya Allah telah
memberikan segala nikmatnya kepada kita, yakni harta, keturunan, kesehatan,
perhiasan dan kesenangan. Nikmat Allah itu lebih besar dan lebih banyak dari
penghitungan yang dilakukan oleh sekelompok manusia (seluruh manusia).
Mereka semua terbatasi di antara dua batas waktu : permulaan dan penghabisan.
Juga di antara batas-batas pengetahuan, mengikuti batas-batas waktu dan tempat.
Nikmat-nikmat Allah itu mutlak sehingga pengetahuan dan pengamatan manusia
tidak bisa melingkupinya.
Setelah itu semua, mereka menjadikan
bagi Allah sekutu-sekutu. Bahkan semua itu pula, kamu tidak menyukuri
nikmat Allah, tetapi justru
menukarnya dengan kekafiran dan
melakukan kedzaliman dalam takdir
maupun dalam ibadah.
Menurut M. Quraisy
Shihab makna ayat 34 yaitu:
Segala kebutuhan manusia telah disiapkan
oleh Allah SWT atau Allah telah menyiapkan dan memberikan kepada setiap orang
apa yang dimintanya, baik melalui usahanya yang disukseskan Allah maupun
melalui perintahNya kepada yang memiliki kelebihan untuk memberikan sebagian
dari yang dimilikinya kepada yang butuh.
Berarti mendzalimi dan menghalangi
orang lain memperoleh haknya, atau menyianyiakan sesuatu dan tidak
menggunakannya pada tempat yang semestinya.
Terambil dari akar kata yang terdiri
dari huruf ha’,syad, dan ya’. Dan mengandung tiga makna, yaitu
mneghalangi/melarang; menghitung dan mampu; dari sini lahir makna mengetahui
dan mencatat serta memelihara; dan sesuatu yang merupakan bagian dari tanah,
dari sini lahir kata hasha yang bermakna batu. Dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa maksud kata tersebut adalah pengetahuan menyangkut sesuatu dari
himpunan dan bilangannya, sehingga yang dapat menjangkau segala sesuatu
hanyalah Tuhan
Ayat ini ditutup dengan mengemukakan
dua sifat buruk manusia yaitu
sangat dzalim dan kafir. Sehingga
kontek ayat 34 mengandung uraian tentang sikap manusia yang durhaka terhadap
aneka anugerah Allah.
Menurut Prof. Syeikh
Musthofa Al-Maraghy makna surat Ibrahim ayat 32-34 yaitu:21
Allah Yang telah menciptakan langit
dan bumi bagi kalian, keduanya lebih besar daripada kalian dan pada keduanya
terdapat banyak manfaat, baik yang kalian ketahui maupun yang tidak diketahui. Dan
semuanya itu menunjuk kepada kebesaran kodrat-Nya dan kesempurnaan nikmat-Nya
atas wujud ini.
Dan Dialah Allah yang telah
menurunkan air hujan dari langit, lalu dengan air hujan itu Dia menumbuhkan
pohon-pohon dan tanaman, sehingga menghasilkan buah-buahan dan sayuran kepada
kalian sebagai rizqi yang kamu makan dan menjadikan kalian hidup. Ayat ini juga
sama dengan firman Allah dalam surat Thahaa ayat 53.
Dia menundukkan bahtera-bahtera bagi
kamu, seperti dengan menjadikan kalian mampu membuatnya, menjadikannya
mengapung di permukaan air, dan diatas lautan dengan perintah Tuhan.
Kemudian, Dia menundukkan lautan membawa bahtera itu, agar para Musafir dapat
menempuh jarak yang jauh untuk mengangkut dan menindahkan apa yang ada di suatu
daerah ke daerah lain untuk menghasilkan manfaat yang mereka perlukan.
Dia menundukkan sungai-sungai bagi
kamu yang membelah bumi dari satu belahan ke belahan lain, agar kamu
memanfaatkannya untuk minum dan membuat selokan /saluran, untuk
menyirami tanaman, taman/kebun dan lain sebagainya.
Dia menundukkan bagi kalian matahari
dan bulan untuk selalu saling bergerak di dalam falaq-Nya, tidak
berhenti-henti, untuk menerangi dunia dan memberikan daya hidup kepada
binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Dia-lah yang menundukkan bagi kamu
malam dan siang yang salling mengikuti. Siang itu untuk mencari penghidupan dan
bekerja, sedang malam untuk beristirahat. Sebagaimana dalam surat al-Qashas
ayat 73.
Matahari dan bulan terus menerus
beriringan, demikian pula malam dan siang. Maka kadang-kadang malam lebih
panjang dari siang maupun sebaliknya.
Allah telah meyediakan bagi kalian
segala apa yang kalian perlukan dalam seluruh keadaan kalian, dari segala yang
berhak untuk kamu memohonnya, baik kamu memohonnya ataupun sebaliknya. Karena,
Allah-lah yang telah meletakkan di dalam dunia ini berbagai manfaat yang tidak
di ketahui oleh manusia, tetapi disediakan bagi mereka. Sehingga, tidak seorang
pun dari umat dahulu memohon kepada Tuhan agar diberi kapal terbang magnit, dan
listrik. Semua itu diberikan kepada manusia secara bertahap, dan masih ada
keajaiban yang akan tampak bagi orang -orang sesudahnya.
Dan kamu wahai anak Adam tiada
sanggup menghitung satu persatu nikmat Allah yang telah dicurahkan atas
dirimu, konon lagi mensyukuri-Nya.
Sesungguhnya manusia yang mengganti
nikmat Allah dengan kekufuran benar-benar telah bersyukur kepada selain
Tuhan yang melimpahkan nikmat kepadanya. Dengan demikian, dia telah
menempatkan syukur bukan pada tempatnya. Allah-lah yang telah melimpahkan
nikmat kepadanya, dan Dia-lah yang berhak menerima ibadah yang ikhlas. Namun,
manusia beribadah kepada selain-Nya dan menjadi sekutu bagi-Nya untuk
menghalangi manusia dari jalan-Nya. Itulah kedzalimannya, dan itulah keingkaran
terhadap nikmat yang dia limpahkan kepadanya. Dia telah memalingkan ibadah
kepada selain Tuhan yang memberinya nikmat, dan tidak taat kepada-Nya.
Dari penjelasan diatas dapat
dipahami bahwa dalam surat Ibrahim ayat 32-34 ini, Tuhan menerangkan
dalil yang terdapat dalam cakrawala yang menunjuk kepada kita agar wajib
mensyukuri nikmat Allah dan mentaati-Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa:
Allah telah menciptakan alam semesta
ini dengan segala kebesarannya, yang menguasai alam ini, mengaturnya dengan
perintah-Nya ,mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini.
Yaitu, putaran malam mengikuti siang dalam peredaran planet ini. Dia
menciptakan matahari, bulan dan bintang, yang semula tunduk kepada
perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pencipta dan Tuhan sekalian alam.
Al-Qur’an telah menghubungkan semua
pagelaran alam semesta dan seluruh getaran jiwa kepada akidah tauhid. Ia
mengubah setiap kilatan sinar dalam lembaran alam semesta atau dalam batin
manusia kepada sebuah dalil atau isyarat. Demikianlah alam semesta beserta
segala isinya beralih rupa menjadi tempat pementasan ayat-ayat Allah yang
dihiasi dengan keindahan oleh “tangan” kekuasaan dan bekas-bekasnya tampak
nyata dalam setiap pagelaran dan pemandangan serta gambaran dan bayang-bayang
didalamnya. Sehingga manusia diharuskan percaya dengan adanya alam semesta ini
sebagai bukti dari kebesaran Tuhan.
Alam semesta bukanlah produk dari
hasil pemikiran manusia melainkan produk dari hasil pemikiranTuhan. Berdasarkan
bukti yang kongkrit dan valid yang berupa ayat-ayat al-Qur’an seperti surat
al-Baqoroh: 29, al-A’raf: 54, Ibrahim: 32-34, Fushilat: 9-11, al-Anbiya’: 31,
ali-Imran:190-194 dan al-Mulk: 1-4 serta ayat-ayat yang lain dalam al-Qur’an.
Perdebatan yang terjadi dikalangan Teolog Muslim menyangkut ungkapan-ungkapan
al-Qur’an itu, tidak lain kecuali salah satu dampak buruk dari sekian dampak
buruk filsafat Yahudi dan Nashrani yang bercampur dengan akal Islam yang murni.
Tidaklah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus dalam kesalahan tersebut
sehingga memperburuk keindahan akidah Islam dan keindahan al-Qur’an.
Allah menciptakan alam semsta ini
dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi dan memenuhi kebutuhan makhluk.
Allah telah menjadikannya baik, memerintahkan hamba-hambanya untuk
memperbaikinya. Dalam ayat ini Tuhan menerangkan dalil-dalil yang terdapat
dalam cakrawala yang menunjuk kepada kita agar mensyukuri Allah dan tetap
mentaati-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni M.Sc.,Ph.D,Prof.Ahmad. Al-Qur’an
Ilmu pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bakti Prima Persada,
1985)
Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Imam
Abul Fida Ismail. Tafsir Ibnu Katsir Juz I al-Fatihah – al- Baqoroh,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo 2002)
, Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 ali
Imron92-an-Nisa’23,(Bandung: Sinar baru Alggensindo, 2000)
Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilalil
Qur’an: Dibawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)
.Tafsir fi Zhilalil Qur’an:
Dilengkapi dengan Takhrij hadits
dan Indeks Tematik, Jilid 2 Juz 3
dan 4, (Jakarta: Robbani Press, 2001)
. Tafsir fi Zhilalil Qur’an:
Dibawah Naungan al-Qur’an al-An’am – Surah al-A’raf 137), Jilid 4, (Jakarta:
Gema Insani, 2002)
Tafsir fi Zhilalil Qur’an: Dibawah
Naungan Al-Qur’an ( Surat Yusuf 102-Thaahaa 56) Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani, 2003)
Hamka, Prof. Dr.Tafsir Al-Azhar,
Juz IV (Bogor: Yayasan Nurul Islam, 1981)
. Tafsir al-Azhar Juz XXIX, (
Bogor: Yayasan Nurul Islam, 1964)
Al-Maraghi, Syekh Ahmad Mustofa.
Tarjamah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta: Sumber Ilmu, 1985)
Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz XIII (Semarang: CV. Toha Putra, 1994)
Shihab, M. Quraish. Tafsir
Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 1: Surat al-Baqoroh,
(Jakarta: Lentera hati, 2000)
Volume 2: Surat an-Nisa’
Volume 5: Surat al-A’raf-at-Taubah,
(Jakarta: Lentera hati, 2002)
Volume 7: Surat Ibrahim-al-Isra’,
Ash-Shabuny, Muhammad Ali. Cahaya
Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Al-A’raf-Yunus, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar,2000)
H. Syu’aib. Drs.H.Muhammad,
Alfa,Asrori. Tafsir Mashohib (Diambil dari Shofwatut tafsir), (Malang, Fakultas
Tarbiyah UIN Malang, 20005)
1
Prof. Achmad Baiquni, M.Sc,Ph.D. Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1995),10-14
2
Syekh Ahmad Musthofa al-Maraghi. Tarjamah Tafsir al-Maraghi, (Yogyakarta:
Sumber Ilmu, 1985), 63
3
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Volume I Surat al-Baqarah, (Jakarta:
Lentera Hati, 2000), 136-137
4
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar
L.C. Tafsir Ibnu Kasir Juz I al-Fatihah – al-Baqarah, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2000), 348-355
5
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar
L.C. Tafsir Ibnu Kasir Juz I al-Fatihah – al-Baqarah, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2000), 349-351
6
Sayyid Quthb, Terjemahan As’ad Yasin, dkk. Terjemahan Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an, di Bawah Naungan al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 64
7
Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz XXIX, (Bogor: Yayasan Nurul Islam,
1975), 2-5
8
Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-azhar Juz XXIX, (Bogor: Yayasan Nurul Islam,
1975), 6-7
9
Prof. Dr. Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz XXIX, (Bogor: Yayasan Nurul Islam,
1975), 7-8
10
Prof. Dr. Hamka., Tafisr Al-Azhar Juz XXIX (Bogor: Yayasan Nurul Islam,
1975), 8-9
11
M. Asrari Alfa MAg, Drs. H. Syu’aib H. Muhammad MAg. Tafsir Al-Mashohib
(Diambil dari Kitab Shofwatut Tafsir), (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN
Malang, 2005), 33-34
12
Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, di Bawah Naungan al-Qur’an ( Surah
al-An’am-Surah al-A’raf 137), (Jakarta: Gema Insani, 2002), 323-324
13
M. Quraish Shihab. TafsirAl- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian
al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 111-117
14
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Terjemahan Kathur Suhardi. Cahaya al-Qur’an Tafsir
Tematik Surat al-a’raf-surat Yunus, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000), 37
15
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemahan Bahrun Abu bakar
L.C. Tafsir Ibnu Kasir Juz 4 (ali-Imron-an-Nisa’ 23), (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2000), 357-359
16
Sayyid Quthb, Terjemahan Aunur Rafiq Shaleh Thamhid L.C. Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an; Dilengkapi Dengan Tarikh Hadits dan Indeks Tematik Jilid 2 Juz 3 dan 4,
(Jakarta: Robbani Press, 2001), 575-576
17
Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an (Surat
Yusuf 102-Surat Thahaa 56), Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani, 2003), 105-106
18
Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an (Surat
Yusuf 102-Surat Thahaa 56), Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani, 2003), 106
19
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an
Volume 7 (Surah Ibrahim-Surah al-Isra’), (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
61-65
20
Opcit, 105
21
Syeikh Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Terjemahan K. Anshori Umar Sitanggal dkk. Terjemah
Tafsir Al-Maraghi Juz XIII, (Semarang: CV. Toha Putra,1994), 294-298
Comments
Post a Comment