ARTIKEL UNGGULAN

Inti "PERBEDAAN" Dalam Genggaman Silaturrahim

Perbedaan Pendapat
Perbedaan Paham
Perbedaan Agama
Perbedaan Hak Pilih Pemilu
Perbedaan Hari Lebaran
Perbedaan tanpa berselisih


Inti "PERBEDAAN" Dalam Genggaman Silaturrahim

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Mengawali tema kali ini, jika seseorang bahkan 2 orang atau lebih sedang sakit, menderita, kebahagiaannya tersisih dalam hidup kesehariannya karena ulah kita kepadanya, maka layakkah kira kira hidup kita bahagia, bergembira setelah menyakiti orang tersebut ??

Begitu pula sebaliknya, jika orang lain menyakiti diri kita, apakah kebahagian akan dirasakan setelah membalas rasa sakit kepada dia juga sebagaimana rasa sakit yang kita alami ?

Rasa sakit di atas dapat berasal dari perbedaan antara satu sama lain, lantas apakah dengan perbedaan itu maka seseorang layak menyakiti orang lain ?

Jawaban dari semua pertanyaan adalah TIDAK, maka sebaiknya perbedaan itu di tempuh dengan jalan tanpa harus menyakiti.




Seperti halnya pada PEMILU 2024, Penentuan awal puasa 2024, penentuan 1 syawal lebaran idul fitri 2024, perbedaan ideologi, agama dan juga perbedaan dalam memahami sesuatu dan mengutarakan pendapat, maka semuanya dapat ditempuh dengan merangkul SILATURRAHIM di sisi setiap orang.

Meskipun ada perbedaan, maka silaturrahim tetap terjaga, nilai nilai agama tetap di utamakan, kebebasan berpendapat tetap terjaga dan jabat tangan senantiasa tereratkan dengan senyuman tanpa ada rasa dendam.

Dengan demikian, PEMILU 2024 tidak mesti harus saling menjatuhkan, perbedaan awal puasa ramadhan 2024 bukan penghalang untuk beribadah, perbedaan paham dan ideologi beragama bukan sebagai bahan dasar untuk saling mencaci maki, Toleransi beragama tetap berjalan dalam lingkup kesejahteraan dan kedamaian, demikian berkah dalam GENGGAMAN SILATURRAHIM.

Hablumminallah, Hablumminannas, hak asasi manusia, hak bertetangga, hak bernegara, semua dalam takaran normal.

Siapapun presiden terpilih maka perbedaan dalam pemilihan tetap bukan penghalang untuk mendukung yang telah terpilih dalam menjalankan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan. Meskipun berbeda hari raya maka tetap terhubung untuk saling menjaga persaudaraan, bertetangga dengan aktif komunikasi, serta pertukaran pendapat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Semua akan terjalin dengan tetap menjaga SILATURRAHIM.


Prof Buya Hamka, tokoh Muhammadiyah, bersama dengan tokoh Nahdatul ulama KH Idham Chalid. Satu ormas yang tidak Qunut, dan satu juga mengutamakan qunut. Akan tetapi ketika Buya Hamka mengimami Kiyai idham maka dia melantunkan qunut saat shalat subuh bersama atau juga sebaliknya, terkadang pak kiyai idham tidak qunut saat makmum pada prof Buya Hamka. ( NU Online, DUA PEMBESAR ORMAS Muhammadiyah-NU Saling mengimami)

Begitu cendikiawan, ilmuan, tanpa harus mengedapankan tendensi pemahaman agama maka keduanya saling menghargai satu sama lain. Sebaiknya para masyarakat tidak menjadikan perbedaan qunut atau tidaknya menjadi diskusi panjang lebar sementara tidak pernah shalat wajib.

Pada zaman Rasulullah juga terjadi, sahabat hendak shalat tanpa air saat musafir dan mereka sepakat untuk tayammum. Setelah shalat dan seketika dalam perjalan berlanjut, telah ditemukan air sebelum waktu shalat selanjutnya tiba. Maka sebagian sahabat wudhu dan mengulangi shalah dan sebagain juga tidak. Sesampainya pengaduan dihadapan Rasulullah maka Rasul menjawab bahwa yang shalat mendaptkan 2 pahala, dan yang tidak mengulangi shalat sedang mengikuti sunnah Rasul. Semua benar, tanpa harus menyalahkan. Ada solusi terbaik yang menanti bukan menjemput perselisihan yang berbuahkan pertengkaran dan saling menjatuhkan.

Itu di atas untuk khalayak umum, coba dalam kehidupan spesipik ke dalam rumah tangga. Hanya dengan perbedaan paham, menimbulkan KDRT, mangkok piring beterbangan, kursi meja retak dan patah akibat komunikasi yang tidak lancar antara suami dan istri. Yah, sangat disayangkan curhatnya ke laki laki lain, ke perempuan lain, bukan sama orang tua atau keluarga, maka tak disangka benih rasa baru muncul saat curhat, Perselingkuhan menjadi racun ganas dalam perceraian. Naudzu billah mindzalik.

Satu hal, komunikasi yang putus, pemicu retaknya silaturrahim. Terkadang dalam berbicara tidak peduli benar atau salah, cocok diterima sama orang atau tidak, akhirnya ada yang tersinggung dan tanpa di sadari akses berbicara sudah menjadi kaku. Ketidaknyamanan tumbuh sedikit demi sedikit. Akhirnya, saling membelakangi, perceraian, bertetangga yang jadi rapuh dan sunyi. Sedikit sedikit ada demo, rusuh, aspirasi tak terjawab. Hancur lebur hak asasi kemanusiaan.


Mesikipun berbeda, beda paham, beda agama, beda CAPRES, beda HARI RAYA, maka SILATURRAHIM tetap ada dipundak. Harga mati untuk memikulnya sampai mati.
Maka mari kita bangun silaturrahim, ramadhan 2024 kita kembali FITRAH. lembaran baru untuk kita ukir dalam dasar TAUBAT NASUHA. Tak ada lagi perselisihan, taka ada lagi penistaan agama, tak saling menjatuhkan, maka saling menghargai antara satu sama lain.

Wallahu A'lam bisshawaf.

Comments

Popular posts from this blog

Peringatan Politik Ibn Taimiyah Syekhul Islam - Negara Dzalim tidak didukung meski orang Mukmin

Hadis tentang Larangan Menyiksa Hewan

Bunga Imitasi, Cara Percantik Rumah

VIRAL ! Saktinya Ida Dayak luruskan Tulang bengkok, Tuai Ribuan Komentar

Corona Covid 19 Ajang Renungan Introspeksi Giat beribadah

Power of Word - RAHASIA DIBALIK UCAPAN

CONTOH MUKJIZAT AL-QUR'AN

Cara Mengontrol Niat Positif dan Mindset sebagai Motivasi Ibadah

HADIS TENTANG KESEHATAN DAN WAKTU LUANG