ARTIKEL UNGGULAN

PERBEDAAN KAYA DAN MISKIN MENURUT HADIS

ORANG KAYA VS ORANG DHU'AFA - Sedekah Bukan Hanya Tentang Uang
by : Zaharuddin

Assalamu Alaikum Wr, Wb.

      Syukur kita panjatkan kehadirat Allah, atas segala karunianya sehingga masih sempat berinteraksi pada kesempatan ini. Salawat dan taslim kepada Nabi Muhammad Saw, tauladan seluruh umat manusia atas akhlakul karimahnya.

         Kepada seluruh pengunjung dan pembaca yang budiman, kami doakan agar senantiasa mendapat kesehatan, dilancarkan resekinya, dimudahkan urusannya, selalu dalam lindungan, ridha dan rahmat Allah. Amin ya Rabbal alamin.

        Pada kesempatan yang penuh mubarakah ini, saya ingin mengangkat sebuah hadis riwayat dari imam  Muslim. Hadis ini berkaitan dengan Amal perbuatan kita dalam sehari-hari. Saya ingin memberikan sedikit perbandingan mengenai amal kebajikan seorang yang memiliki kemampuan ekonomi di bawah standar rata-rata atau dalam kategori golongan dhu'afa. Dibandingkan dengan amal kebajikan orang yang kemampuan ekonominya jauh labih dari kata cukup atau golongan kaya.

        Jika seandainya kedua golongan ini memiliki iman dan taqwa yang sama (50 :50), seimbang, semangat dalam beribadah juga sama. Seperti golongan dhu'afa rajin shalat jama'ah 5 waktu di mesjid. Begitu pula dengan golongan yang kaya, dalam ibadah lain juga sama, seperti dari segi keihklasan, rajin mengaji, melaksanakan berbagai macam ibadah sunnah. Semua memiliki kemampuan seri, imbang, kecuali 1 hal yakni golongan kaya mampu beramal saleh yang lebih besar dari segi kepedulian melalui sedekah atau infak dalam jumlah yang besar, tapi golongan dhu'afa belum mampu mencapai dan melakukan hal ini.

        Dapat dipahami dari paragraf di atas bahwa jika orang kaya berebut pahala dalam mencari ridha dan rahmat Allah melalui sedekah maka mereka sangat berpotensi mendapatkannya karena mereka memiliki kecukupan dari segi ekonomi. Berbeda dari orang yang kehidupan ekonominya sangat kurang dan bahkan tidak berkecukupan.Jika golongan dhu'afa ingin bersedekah maka kemungkinan mereka juga bisa namun hanya berapa saja yang bisa mereka keluarkan dibandingkan mereka yang berkecukupan.

       Pembahasan ini tidak berati mengucilkan golongan dhu'afa, akan tetapi sebaliknya, ini adalah semangat baru bagi golongan orang yang berkecukupan untuk mencari ridha Allah dengan cara memngumpulkan pahala sebanyak mungkin dari harta-harta yang mereka miliki,seperi zakat, infak, sedekah jariyah, waqaf, membantu yang lemah, pokoknya semua jenis kebaikan, ibadah, yang berhubungan dengan ekonomi atau harta. Bahkan golongan orang kaya memilki undangan khusus dari Allah dan Nabinya dalam berkunjung ke Baitullah bagi orang yang mampu. Dilakukan dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur kepada Allah, tanpa pamrih dan semata-mata karena mengharpakan ridah dan rahmat Allah. mencoba menyerupai sifat pemurahnya Nabi Ibrahim dalam berkurban bahkan anaknya pun hendak di kurbankan kepada Allah pada saat itu.

         Bukankah hal ini sangat luar biasa? Olehnya itu, sahabat - sahabat yang saya cintai, harta di dunia ini hanyalah pinjaman dari Allah, harta itu akan menjadi milik paten kita bila kita menafkahkannya ke dalam jalan yang diridhai. Harta dunia tidak akan membela kita saat meninggal. Justru harta akan menjadi beban tanggungan karena kita akan ditanyai sumber didapatkannya dan kemana arah menggunakannya. Jika ia digunakan di jalan Allah maka selamat dan beruntunglah kita, dan jika digunakan ke jalan yang dibenci Allah maka tunggulah siksaan yang pedih. Dengan demikian,  selagi masih hidup dan memiliki harta maka segeralah menafkahkannya, agar harta itu tidak menjadi lagi beban tanggung jawab dan menjadi ujian kepada kita.

     Akan tetapi sampai disini, jangan ada yang salah paham dulu. Mengeluarkan nafkah bukan berarti kita harus mengeluarkannya ke sembarang penerima. Dapat juga dikatakan seperti memberi nafkah kepada istri, orang tua, mertua, anak, saudara, kerabat terdekat beserta sanak family lainnya.

ARTIKEL TERKAIT : Bacalah ! Hal yang jarang diketahui, menafkahi orang tua

Hanya saja, dalam artikel ini, saya tidak membahas panjang lebar mengenai sebuah harta yang dinafkahkan ke jalan yang diridhai Allah akan di gantikan berkali-lipat oleh Allah. Tapi jangan jadikan ini sebagai niat utama dalam menutut ganti akan harta yang di nafkahkan.krena dikhawatirkannya mengenai rasa keihklasann dalam mengeluarkan harta berubah arah dari mengharapkan ridha Allah semata bukan karean menuntut ganti yang lebih banyak lagi. meskipun kedua perkara ini masing masing memiliki  dalil yang kuat, hanya dibedakan dari segi niat dan maksudnya.

SEDEKAH BUKAN HANYA TENTANG UANG

Sahabat-sahabat ku yang saya cintai, mayoritas paragraf di atas berbicara tentang ibadah terkait dengan ekonomi, baik dari sedekah, infaq dan sebagainya. inilah yang membedakan antara orang yang mampu dan tidak mampu atau sebagaimana dalam pembahasan di atas terdapat golongan kaya dan ada juga golongan du'afa.

        Pembahasan tentang sedekah dari orang kaya ini, pernah terjadi pada masa Nabi Saw, sebagaimana hadis yang diriwayatakan oleh imam Muslim, sebagaimana berikut :

(Klik Gambar - Teks Lebih Jelas)

     Dalam hadis di atas, sepertinya antusias berlomba dalam berbuat kebaikan pada masa Nabi sangat kental bagi orang yang beriman kepadanya. Terlihat dari sisi rasa iri sahabat dalam menilai orang yang tajir berduit lebih berpeluang mendapatkan pahala yang lebih banyak karena harta yang mereka miliki, seperti orang kaya juga rajin ibadah wajib, puasa dan shalat, dan lain-lain, begitupula dengan ibadah sunnah, bahkan orang kaya lebih banyak bersedekah dari harta mereka sebagaimana dalam hadis.

        Maka dari sinilah, pembahasan dalam paragraf-paragraf sebelumnya dapat dilanjutkan tentang perbedaan orang kaya dan du'afa dalam hal ibadah utamanya yang berkaitan dengan harta benda, sebagaimana dapat dilihat dalam lanjutan hadis di atas :

(Klik Gambar - Teks Lebih Jelas)

       Rasulullah terus memberi semangat kepada sahabat untuk terus menambah dan memaksimalkan diri dalam beribadah dengan mengatakan bahwa ketahuilah di setiap tasbih itu adalah sedekah, takbir, tahmid, tahlil juga ada sedekah, amar ma'ruf nahi mungkar juga sedekah.

        Bahkan Nabi mengatakan dalam kemalauan seseorang terdapat juga sedekah. Sehingga para sahabat bertanya bahwa jika kita meyalurkan syahwat, maka kita akan mendapatkan pahala? Nabi langsung membalas bahwa ketika kita menyalurkan ke tempat yang terlarang maka kita akan mendapat dosan, dan begitupula dengan menyalurkannya ke tempat yang halal (istri) maka akan dapat pahala juga.

Hadis di atas memiliki banyak hikmah yang bisa kita petik, seperti :
  1. Banyak jalan dalam bersedekah, bahkan senyum juga sedekah
  2. Sedekah itu bukan cuma dalam bentuk uang
  3. Berlomba dalam kebaikan
  4. Jangan putus asa dalam beribadah, maksimalkan, masih banyak peluang lain.
  5. Orang kaya memiliki kelebihan lain yakni mendapatkan panggilan spesial dan segera dari Allah dan Nabinya untuk berkunjung ke baitullah karena termasuk orang yang sudah mampu ekonomi, sisa mempersiapkan kemampuan kesehatan.
  6. Sepertinya orang kaya berpeluang lebih unggul dalam perihal ekonomi bila dia memanfaatkan ke jalan yang di ridhai dengan penuh keihklasan , tanpa pamrih dan penuh rasa syukur.
  7. Demikan poin berdasarkan hadis
Saya kira cukup sekian dulu dalam pertemuan kali ini, ambillah manfaatnya dan biarlah kesalahannya untuk kami perbaiki.

Sekian
Wassalam

Comments

Popular posts from this blog

Peringatan Politik Ibn Taimiyah Syekhul Islam - Negara Dzalim tidak didukung meski orang Mukmin

Hadis tentang Larangan Menyiksa Hewan

Bunga Imitasi, Cara Percantik Rumah

VIRAL ! Saktinya Ida Dayak luruskan Tulang bengkok, Tuai Ribuan Komentar

Corona Covid 19 Ajang Renungan Introspeksi Giat beribadah

Power of Word - RAHASIA DIBALIK UCAPAN

CONTOH MUKJIZAT AL-QUR'AN

Cara Mengontrol Niat Positif dan Mindset sebagai Motivasi Ibadah

HADIS TENTANG KESEHATAN DAN WAKTU LUANG